YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Nama Abdul Rohman menjadi perbincangan di kalangan peneliti dunia.
Penelitiannya soal produk halal banyak dikutip peneliti lain sebagai referensi penelitian. Banyaknya peneliti yang mengutip hasil karyanya membuat Abdul masuk dalam Top 2 Percent World Scientist.
Rohman mengawali penelitian produk halal pada 2008. Bermula saat perwakilan Universitas Gadjah Mada (UGM) berkunjung ke Institute Penyelidikan Halal di Malaysia. Ia diajak oleh Wakil Rektor UGM kala itu, Prof. Dr Retno Sunarminingsih. Dari kunjungan itu Rohman mulai tertarik dengan penelitian yang menyangkut soal produk halal. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Ketertarikannya itu juga didorong oleh Retno yang menyarankannya untuk membuat penelitian soal produk halal. “Saya disarankan oleh Bu wakil rektor untuk mengambil penelitian tentang halal untuk S-3-nya. Jadilah S-3 saya tentang halal, di ijazah saya adalah doktor di bidang halal food analytic,” kata Rohman saat dihubungi Kompas.com, Selasa (10/11/2021).
Penelitian dilakukannya jauh sebelum adanya Undang-undang Jaminan Produk Halal yang mewajibkan semua produk harus bersertifikat halal. “Di UGM sudah ada peneliti halal tahun 2008 pada waktu itu, kita bareng-bareng melakukan penelitian. Halal research group namanya,” kata Rohman yang juga dosen Fakultas Farmasi UGM. Kelompok penelitiannya sekarang sudah berkembang pesat, sekarang sudah menjadi pusat unggulan iptek perguruan tinggi. Secara kelembagaan lebih besar, dari mulanya kelompok menjadi unggulan iptek perguruan tinggi, di dalamnya dibina langsung dan dibiayai pemerintah. Fokus penelitiannya tidak hanya soal makanan saja tetapi seluruh produk misalnya kosmetik, obat-obatan. Lebih rinci lagi, Rohman menjelaskan, dalam obat-obatan pasien sering diberikan obat berupa kapsul, cangkang kapsul ini bermacam-macam jenis bahan dasar pembuatannya.
Ada yang dibuat dari gelatin babi, ada juga yang dibuat dari gelatin sapi. “Kalau berbicara produk halal tidak hanya makanan dan minuman tetapi juga kosmetik, farmasi, obat. Itu nanti juga harus bersertifikat halal,” kata dia. “Mungkin masyarakat tidak terpikirkan cangkang kapsul itu terbuat dari gelatin sapi atau babi. Dengan teknologi sekarang bisa dideteksi,” sebut Rohman. Penelitiannya tidak terfokus pada bahan-bahannya saja tetapi lebih fokus ke komponen non-halal, karena gelatin babi bisa digunakan di permen, kapsul dan lainnya. Penelitian yang ia lakukan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, karena sangat berguna, mengingat Indonesia adalah salah satu negara dengan umat Muslim terbanyak di dunia. “Saya dapat dukungan, karena kita selama ini banyak dibandingkan dengan Malaysia. Di sana maju banyak penelitian halal, kok Indonesia enggak?” kata dia.
Ia menyampaikan di dunia penelitian sudah tidak lagi berbicara soal personal, tetapi sudah antarinstitusi, kompetisi bahkan antarnegara. “Kompetisinya kan level antarinstitusi, antarnegara, dan pasti didukung. Di UGM peneliti ini lintas fakultas,” imbuh dia. Pemeringkatan yang dilakukan oleh peneliti dari Standford University ini rutin dilakukan sebelumnya tepatnya pada 2020, nama Abdul Rohman juga masuk. Namun, ia lupa kala itu masuk dalam ranking berapa. “Jadi seperti pemeringkatan di universitas, peneliti juga dinilai. Pada tahun 2020 nama saya juga ada tidak masuk peringkat pertama saya lupa nomor berapa se Indonesia, tapi tidak seheboh sekarang. Saya enggak ngerti siapa yang memulai sampai heboh,” kata dia. Pada 2014, Abdul Rohman juga sukses menyabet penghargaan Young Scientist Scopus Award serta menerima Anugerah kekayaan Intelektual Luar Biasa dalam Bidang Publikasi Internasional dari Kemenristek Dikti tahun 2014.
Setelah menyabet penghargaan dan masuk dalam daftar 2 persen peneliti teratas tingkat dunia tahun 2021, Abdul Rohman masih memiliki cita-cita yaitu membuat lembaga pemeriksa yang dapat membantu program pemerintah untuk membantu sertifikasi halal. “Kalau secara pribadi ya tetap istiqamah melakukan penelitian soal halal, kalau keinginan terbesar secara institusi membuat bersama teman-teman di UGM yaitu Lembaga Pemeriksa Halal. Di mana nanti tugasnya untuk mengaudit kalau ada yang mau mensertifikat halal,” ujar dia.
sumber : Kompas.com – Teliti Produk Halal Sejak 2008, Dosen UGM Masuk Top 2 Percent World Scientist Halaman